Untuk kesekian kalinya diriku kembali ke museum Ullen Sentalu, kurang lebih sudah 3 kali dan tidak ada rasa
bosan untuk kembali kesini lagi, mungkin pemandunya saja yang bosan melihatku
suasananya yang dingin , sejuk, sepi, serta bangunan yang bergaya gothic inilah yang bikin aku betah, meskipun masuknya juga lumayan mahal :) (Rp.25.000,- ) ,tapi tak apa karena kita akan mendapatkan banyak pengetahuan tentang sejarah yang belum tentu kita temui di buku sejarah sejak Sd sampai Kuliah.
lokasinya ada di Kaliurang, agak susah memang mencari tempat tersebut karena memang tak banyak papan petunjuk arah yang dipasang. petunjuk paling mudah, setelah masuk dari TPR kaliurang maka akan ketemu perempatan tugu udang lalu belok kekiri terus saja sampai nemu papan bertuliskan ullen sentalu yang ada di kiri jalan.
dengan seorang pemandu kita akan memasuki museum kurang lebih sekitar 50 menit dan dilarang untuk memotret apapun yang ada di dalamnya, kecuali di WC
Nama Ullen Sentalu sendiri merupakan singkatan dari bahasa Jawa :
“Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku”
“Ulating Blencong Sejatine Tataraning Lumaku”
yang artinya adalah
“Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”.
sedangkan blencong adalah sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit.
Museum ini
diresmikan oleh KGPAA Pakualam VIII pada 1 maret 1997 atas inisiatif dari keluarga Haryono.
Didalam museum kita akan dijelaskan tentang kehidupan para raja serta putri dari keraton Yogyakarta dan Solo pada masa lalu,
ada pula gamelan ,lukisan, surat cinta, foto-foto, corak batik, arca candi, dan yang terakhir kita akan disuguhi
minuman spesial, resepnya merupakan warisan Gusti Kanjeng Ratoe Mas, putri Sultan HB VII yang disunting
sebagai permaisuri Raja Surakarta, Sunan PB X.
Konon, minuman ini memberi kesehatan dan awet muda.
Setelah selesai kita bebas jalan-jalan disekitar museum, dan disana juga terdapat butik dan resto dengan menu makanan eropa.
untuk butiknya memang bukan untuk ukuran kantong dompetku yang harganya "WoW" , padahal aku naksir baju batiknya
dan yang aku heran kenapa restonya menyediakan makanan eropa bukan makanan jawa seperti apem, gethuk, jenang sumsum, serabi, dawet dll.
biar lebih murah maksudku :)